Kamis, 10 Januari 2013

Sejarah Tembakau Jember








Tembakau merupakan tanaman budidaya yang unik dan telah dimanfaatkan oleh beberapa orang di seluruh dunia pada ratusan tahun yang lalu, selain itu tembakau juga termasuk komoditi andalan Indonesia untuk eksport lebih dari 150 tahun yang lalu. Pengelolaan tembakau menjadi sebuah produk harus melalui berbagai proses yang rumit dan panjang, dbutuhkan pengetahuan, pengalaman, keterampilan, keuletan, ketelitian dan keterkaitan hati dalam pengelolaannya. Produk yang dihasilkan dari tembakau salah satunya yaitu rokok (kretek maupun cerutu), yang kita nikmati setiap hari. Sentral tembakau di Indonesia sangat luas, meliputi Jember, Madura, Temanggung, Klaten, Deli, NTB, dll.
            Usaha budidaya tembakau di Jember di mulai sebelum tahun 1850, bersamaan dengan daerah-daerah lain di Hindia Belanda yang mengembangkan budidaya tanaman kopi, karet, tebu dan nila. Pemrakarsa usaha tembakau atau orang yang paling berjasa di bidang usaha tembakau pada waktu itu adalah tokoh berkebangsaan Belanda, beliau bernama George Birnie. Pada waktu itu beliau bersama Mathiesen dan Van Gennep mendirikan NV Landbouw Maatschappij Oud Djember ( LMOD) pada tanggal 21 Oktober 1859. LMOD merupakan perusahaan tembakau, yang berlokasi di Adjong.
            Pada waktu itu komoditi perkebunan yang sangat diandalkan yaitu tembakau karena tembakau untuk bahan cerutu mempunyai nilai jual yang sangat tinggi di pasar dunia, oleh sebab itu di daerah Deli Sumatera, Klaten Jawa Tengah dan Besuki Jawa Timur komoditi perkebunan tembakau merupakan usaha yang sangat menguntungkan dan menjadikan usaha tersebut terus berkembang sehingga membawa dampak pada perkembangan ekonomi yang sangat pesat di daerah-daerah tersebut. Selain pertumbuhan ekonomi yang pesat, usaha tembakau juga berdampak pada perkembangan demografi dan kultur. Dimana Jember yang sebelumnya merupakan distrik bagian dari kota Bondowoso, lalu berkembang menjadi regentschap yang terpisah dari Bondowoso pada tahun 1883. Setelah itu banyak perkembangan yang di tunjukan oleh Jember meliputi pembangunan berbagai sarana dan infra struktur yang bertujuan untuk kepentingan usaha tembakau di Jember, sehingga Jember menjadi daerah paling maju pembangunannya dan menjadi ibu kota karisidenan Besuki yang meliputi Kabupaten Jember, Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo.
            Setelah Indonesia mencapai kemerdekaan, perusahaan-perusahaan milik Belanda dinasionalisasi atau diambil alih oleh pemerintahan Indonesia, berdasarkan Undang-undang no. 86 tahun 1958. Selanjutnya berdasarkan peraturan pemerintah no. 4 tahun 1959 ditentukan perusahaan-perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi meliputi: 1) NV. Landbouw Maatschappij Oud Djember di Adjong, Gambirono, Kertosari, West Djember, Oost Djember, Nangkaan; 2) Besoeki Tabaks Maatschappij (BTM) di Mojo, Sumber Jeruk dan Tamanan; 3) NV. Cultuur Maatschappij Djelboek di Jelbuk dan Soekokerto Jember; 4) NV. Landbouw Maatschappij Soekowono (SKM) di Sukowono. Perusahaan-perusahaan tersebut yang dahulu milik belanda kini berubah menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN), beberapa tahun kemudian perusahaan mengalami pembenahan hingga tahun 1972 menjadi PTP XXVII dan pada tahun 1996 menjadi PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) hingga sekarang.
            Pada waktu itu awal tahun 1960an, perkembangan usaha tembakau di Jember sangat bagus sehingga perdagangan tembakau di Jember cukup ramai, banyak pemodal lokal baik dari Jember maupun dari luar Jember mendirikan perusahaan tembakau. Namun pada tahun 1970 usaha tembakau di Jember mengalami kemunduran, banyak perusahaan yang tidak kuat dan memutuskan untuk gulung tikar atau tidak melanjutkan usahanya tersebut. Setelah mengalami masa pasang surut, sekarang terdapat 18 Eksportir.
            Adanya usaha tembakau di Jember bukan merupakan suatu bisnis dan budidaya tanaman saja tetapi usaha tembakau juga banyak melibatkan sejumlah besar tenaga kerja selain itu juga memberi dampak terhadap kehidupan masyarakat, seperti jasa transportasi, pedagang kaki lima (kios rokok), pedagang makanan, pedagang kain atau baju dan penjual bambu.
            Kita sebagai pemuda sekaligus generasi penerus, melihat sejarah yang sudah tertulis dan mengakar di masyarakat Indonesia (petani tembakau, keluarga petani tembakau, para pelaku di bidang tembakau maupun masyarakat yang merasakan dampak terhadap adanya usaha tembakau) sekaligus budaya bangsa Indonesia yang sudah lama dikembangkan, apakah tidak terbesit keinginan atau usaha kita untuk mempertahankan terhadap prospek kedepan dari tanaman “TEMBAKAU” ??? (Terinspirasi Oleh Keindahan Daun Emas Hijau).

Galih Susianto

Referensi :
Mahbub Elok. 2012. Tembakau dalam Sejarah. Booklet Tobacco Information Center.  Nopember 2012. 

2 komentar:

Unknown mengatakan...

nice inpo nih :D

Unknown mengatakan...

Tulisan ini mengambil dari tulisanku pada "Tembakau dalam Sejarah" di booklet Tobacco Information Center. Aku tulis September 2012 dan dipublikasikan Nopember 2012. Jadi HARUS ditulis sumbernya. (Elok Mahbub)