Tembakau
merupakan tanaman budidaya yang unik dan telah dimanfaatkan oleh beberapa orang
di seluruh dunia pada ratusan tahun yang lalu, selain itu tembakau juga
termasuk komoditi andalan Indonesia untuk eksport lebih dari 150 tahun yang
lalu. Pengelolaan tembakau menjadi sebuah produk harus melalui berbagai proses
yang rumit dan panjang, dbutuhkan pengetahuan, pengalaman, keterampilan,
keuletan, ketelitian dan keterkaitan hati dalam pengelolaannya. Produk yang
dihasilkan dari tembakau salah satunya yaitu rokok (kretek maupun cerutu), yang
kita nikmati setiap hari. Sentral tembakau di Indonesia sangat luas, meliputi
Jember, Madura, Temanggung, Klaten, Deli, NTB, dll.
Usaha
budidaya tembakau di Jember di mulai sebelum tahun 1850, bersamaan dengan
daerah-daerah lain di Hindia Belanda yang mengembangkan budidaya tanaman kopi,
karet, tebu dan nila. Pemrakarsa usaha tembakau atau orang yang paling berjasa
di bidang usaha tembakau pada waktu itu adalah tokoh berkebangsaan Belanda,
beliau bernama George Birnie. Pada waktu itu beliau bersama Mathiesen dan Van
Gennep mendirikan NV Landbouw Maatschappij Oud Djember ( LMOD) pada tanggal 21
Oktober 1859. LMOD merupakan perusahaan tembakau, yang berlokasi di Adjong.
Pada
waktu itu komoditi perkebunan yang sangat diandalkan yaitu tembakau karena
tembakau untuk bahan cerutu mempunyai nilai jual yang sangat tinggi di pasar
dunia, oleh sebab itu di daerah Deli Sumatera, Klaten Jawa Tengah dan Besuki
Jawa Timur komoditi perkebunan tembakau merupakan usaha yang sangat
menguntungkan dan menjadikan usaha tersebut terus berkembang sehingga membawa
dampak pada perkembangan ekonomi yang sangat pesat di daerah-daerah tersebut.
Selain pertumbuhan ekonomi yang pesat, usaha tembakau juga berdampak pada
perkembangan demografi dan kultur. Dimana Jember yang sebelumnya merupakan
distrik bagian dari kota Bondowoso, lalu berkembang menjadi regentschap yang
terpisah dari Bondowoso pada tahun 1883. Setelah itu banyak perkembangan yang
di tunjukan oleh Jember meliputi pembangunan berbagai sarana dan infra struktur
yang bertujuan untuk kepentingan usaha tembakau di Jember, sehingga Jember
menjadi daerah paling maju pembangunannya dan menjadi ibu kota karisidenan
Besuki yang meliputi Kabupaten Jember, Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo.
Setelah
Indonesia mencapai kemerdekaan, perusahaan-perusahaan milik Belanda
dinasionalisasi atau diambil alih oleh pemerintahan Indonesia, berdasarkan
Undang-undang no. 86 tahun 1958. Selanjutnya berdasarkan peraturan pemerintah
no. 4 tahun 1959 ditentukan perusahaan-perusahaan milik Belanda yang
dinasionalisasi meliputi: 1) NV. Landbouw Maatschappij Oud Djember di Adjong,
Gambirono, Kertosari, West Djember, Oost Djember, Nangkaan; 2) Besoeki Tabaks
Maatschappij (BTM) di Mojo, Sumber Jeruk dan Tamanan; 3) NV. Cultuur
Maatschappij Djelboek di Jelbuk dan Soekokerto Jember; 4) NV. Landbouw
Maatschappij Soekowono (SKM) di Sukowono. Perusahaan-perusahaan tersebut yang
dahulu milik belanda kini berubah menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN),
beberapa tahun kemudian perusahaan mengalami pembenahan hingga tahun 1972
menjadi PTP XXVII dan pada tahun 1996 menjadi PT Perkebunan Nusantara X (PTPN
X) hingga sekarang.
Pada
waktu itu awal tahun 1960an, perkembangan usaha tembakau di Jember sangat bagus
sehingga perdagangan tembakau di Jember cukup ramai, banyak pemodal lokal baik
dari Jember maupun dari luar Jember mendirikan perusahaan tembakau. Namun pada
tahun 1970 usaha tembakau di Jember mengalami kemunduran, banyak perusahaan
yang tidak kuat dan memutuskan untuk gulung tikar atau tidak melanjutkan
usahanya tersebut. Setelah mengalami masa pasang surut, sekarang terdapat 18 Eksportir.
Adanya
usaha tembakau di Jember bukan merupakan suatu bisnis dan budidaya tanaman saja
tetapi usaha tembakau juga banyak melibatkan sejumlah besar tenaga kerja selain
itu juga memberi dampak terhadap kehidupan masyarakat, seperti jasa
transportasi, pedagang kaki lima (kios rokok), pedagang makanan, pedagang kain
atau baju dan penjual bambu.
Kita
sebagai pemuda sekaligus generasi penerus, melihat sejarah yang sudah tertulis
dan mengakar di masyarakat Indonesia (petani tembakau, keluarga petani
tembakau, para pelaku di bidang tembakau maupun masyarakat yang merasakan
dampak terhadap adanya usaha tembakau) sekaligus budaya bangsa Indonesia yang
sudah lama dikembangkan, apakah tidak terbesit keinginan atau usaha kita untuk mempertahankan
terhadap prospek kedepan dari tanaman “TEMBAKAU” ??? (Terinspirasi Oleh
Keindahan Daun Emas Hijau).
Galih Susianto
Referensi :
Mahbub Elok. 2012. Tembakau dalam Sejarah. Booklet Tobacco Information Center. Nopember 2012.
2 komentar:
nice inpo nih :D
Tulisan ini mengambil dari tulisanku pada "Tembakau dalam Sejarah" di booklet Tobacco Information Center. Aku tulis September 2012 dan dipublikasikan Nopember 2012. Jadi HARUS ditulis sumbernya. (Elok Mahbub)
Posting Komentar